destinasiaNew — Sabtu malam (27/9/2025) menjadi momen istimewa bagi ratusan penggemar musik lawas di Kota Bandung. Grup musik legendaris Wachdach tampil penuh energi dalam konser bertajuk Pub Jadul Party and Classic Disco Live WACHDACH Part VII di Heritage Dago, Jalan Raya Golf Dago No. 78, Kota Bandung.
Konser yang dimulai pukul 19.00 WIB ini sejak sore sudah dipadati para penggemar. Menariknya, penonton tidak hanya berasal dari Bandung, tetapi juga datang dari Jakarta hingga berbagai kota di Jawa Barat. Suasana nostalgia begitu terasa lewat dekorasi retro, lampu warna-warni, hingga kostum para penggemar yang membuat seolah kembali ke era 1980–1990-an.

Salah seorang penonton, Khaerul (70), warga Bandung yang kini tinggal di Jakarta, mengaku rela menempuh perjalanan jauh demi bernostalgia. Ia hadir bersama kerabatnya, Ina (60) dan Dewi (60). “Kami ingin mengenang masa muda sambil bergembira bersama Wachdach. Rasanya seperti kembali ke era 90-an, saat musik disko dan pop klasik jadi teman sehari-hari,” ujarnya dengan wajah sumringah.
Atmosfer kebersamaan semakin terasa ketika penonton lintas usia larut berjoget bersama. Bahkan banyak anak muda yang datang bersama orang tua mereka ikut menikmati deretan lagu klasik Wachdach yang dulu pernah masuk daftar Top 40.

Musisi jazz senior Venche Manuhutu (65) yang kini sedang menggarap pagelaran musik jazz di Papandayan Hotel bersama musisi Harry Pochank. “Saya senang bisa hadir. Kami punya persahabatan erat dengan personel Wachdach. Basis mereka, Teddy AB, juga pemain bass di grup jazz kami. Inilah indahnya musik: berbeda genre, tapi bisa saling menguatkan,” ungkap Venche. Ia pun memberi apresiasi atas konsistensi Wachdach. “Band ini awet melewati beberapa dekade. Fans mereka tetap setia. Itu tidak mudah di industri musik. Salut!” katanya.
Lagu Baru 2025 Lamunan
Malam nostalgia ini semakin lengkap dengan peluncuran single terbaru Wachdach berjudul Lamunan. Lagu ciptaan Teddy AB ini menghadirkan nuansa romantis dengan kisah tentang kerinduan, cinta, dan harapan untuk kembali bersama.
Proses produksinya melibatkan sejumlah musisi profesional, seperti Kevin Jonathan Hansen (aransemen), Bowo Soulmate (vocal director), Ari Renaldi (mixing-mastering), Asilah Andreina (vocal editing), serta tim teknis Kurnia & Andris di Studio BrantasSepuluh dan Lakipadada. Sentuhan modern dalam aransemen membuat Lamunan terdengar segar sekaligus emosional.

“Dengan lagu ini, Wachdach membuktikan bahwa mereka tidak hanya bernostalgia, tapi juga terus berkarya dan memberikan warna baru di industri musik Tanah Air,” ujar Teddy AB.
Penuh Kenangan
Sepanjang malam, Wachdach membawakan deretan lagu klasik mereka yang membuat penonton larut dalam nostalgia. Banyak yang berjoget sambil merekam momen berharga tersebut.
Stevie, seorang sekretaris di Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB, mengungkapkan kegembiraannya. “Sejak 1995 saya sudah mengenal performa Wachdach. Malam ini benar-benar melepas rindu era 90-an. Tadi saya ikut menari di beberapa lagu. Bagi saya, Wachdach memang tiada duanya di Bandung,” katanya penuh kerianga disertai nuansa nostalgik.
Gelaran ini akhirnya bukan sekadar konser musik, melainkan juga wadah persahabatan lintas generasi. Bagi Wachdach, acara ini menjadi bukti bahwa musik mereka tetap hidup dan mampu menyatukan banyak orang dari berbagai kalangan. (HRS/HS & RD).