destinasiaNews — Kawasan Eko Wisata dan Budaya Alam Santosa, Pasir Impun, Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, pada Senin (6/10/2025), tampak berbeda dari biasanya. Pasalnya, area di sekitar Bale Alit tiba-tiba berubah menyerupai perkampungan khas Jawa Barat.
Hari itu penuh hilir mudik puluhan anak-anak berbagai usia, “Saya juga kaget, Alam Santosa dianggap paling ideal untuk lokasi syuting film yang disutradarai oleh orang Amerika, namanya Nathanael Matanick,” ujar Eka Santosa, pemilik kawasan Alam Santosa.
Menurut Eka, kawasan tersebut kini disulap dengan sangat detail. “Yang menarik, Bale Alit diubah namanya jadi Balai Belajar. Katanya film drama ini akan dibintangi juga oleh artis papan atas, Ibu Christine Hakim dan Dony Damara,” lanjutnya.
Eka menambahkan, dirinya kagum dengan ketelitian dan profesionalisme tim produksi film arahan Nathanael Matanick. “Peralatannya sangat canggih, dan para pemain yang dilibatkan jumlahnya ratusan. Ini bagus sekali, bukan hanya membuka lapangan kerja, tapi juga menjadi kesempatan bagi kita untuk belajar cara kerja film profesional yang berstandar nasional dan internasional,” katanya.
Cocok Sekali…
Masih di hari yang sama, pada sore harinya redaksi berbincang dengan Eka Santosa dan Nathanael Matanick mengenai proyek film indie berjudul sementara Kabur atau Runaway.

“Ini masih judul sementara, nanti disesuaikan dengan pihak marketing,” ujar Nathanael Matanick, yang juga dikenal dengan sapaan Heschle.
Saat ditanya tentang pengalamannya bekerja sama dengan kru film asal Indonesia, Matanick mengaku sangat cocok.
“Selain ramah, mereka juga sangat rajin dan terampil. Sama seperti ketika saya membuat film, iklan, dan dokumenter selama 20 tahun di California,” tuturnya.
Film Runaway, lanjut Matanick, direncanakan akan diikutsertakan dalam beberapa festival film di Eropa, Amerika, dan negara lainnya.
“Ya, itu salah satu tujuannya. Sekaligus memperkenalkan sisi budaya dan kehidupan di Indonesia ke dunia,” ujarnya.
Tentang kisah film tersebut, Matanick menjelaskan bahwa Runaway mengangkat tema cinta kasih antara orang tua dan anak.
“Terutama antara ayah dan anaknya. Hubungan itu punya dua sisi perbedaan, tapi semuanya berlandaskan cinta kasih universal. Konflik dan solusi kemanusiaan seperti ini ada di mana-mana, dan kali ini kita tampilkan dalam konteks khas Indonesia,” ungkapnya.
Diketahui salah satu debut Nathanael Matanick melalui film ReMoved, yakni film pendek berdurasi sekitar 13 menit. Ini berkisah tentang perjalanan emosional seorang anak usia 9 tahun, yang dipisahkan dari keluarganya karena kondisi rumah tangga yang buruk, lalu masuk ke sistem foster care (keluarga pengganti/ortu asuh).
Istimewanya, film ReMoved mendapatkan penghargaan di sejumlah festival dan menjadi viral secara daring. Kini film ini digunakan sebagai alat advokasi dan pendidikan tentang pengalaman anak-anak dalam sistem foster care.
Kemungkinan Sarah Tsunami …
Dalam kesempatan itu, Eka Santosa juga menyinggung pertemuannya kembali dengan Sarah Tsunami, gadis yang dikenal sebagai “bayi ajaib” korban selamat tsunami Pangandaran 2006. Saat ditemukan, Sarah baru berusia kurang dari 30 jam.
“Saya baru bertemu lagi dengan Sarah setelah lama terputus komunikasi akibat pandemi COVID-19. Sekarang usianya 19 tahun, sudah lulus dari SMKN 2 Pangandaran dan baru saja mendapatkan beasiswa untuk kuliah di Unpad tahun depan, Insyaallah,” jelas Eka.
Menanggapi kisah nyata ini, Nathanael Matanick membuka diri dan terlihat antusias.
“Silakan kirim data tentang Sarah Tsunami. Siapa tahu kita bisa membuat sesuatu untuk dirinya — mungkin sebuah film dokumenter atau proyek sosial bersama,” ucap Heschle, yang berkali-kali mengungkapkan kekagumannya terhadap keindahan dan nilai budaya kawasan Alam Santosa, sebagai lokasi syuting Runaway. (HS/HRS/dtn)