destinasianews.id – Ada hal yang unik dilakukan warga Dusun Cikubang, Desa Citali, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang dalam menyambut datangnya Ramadan yaitu menggelar tradisi bertajuk Gembrong Liwet (mengerumuni nasi liwet).
Gembrong Liwet adalah sebuah tradisi menanak nasi liwet secara masal yang bertujuan mengikat silaturahmi antar masyarakat dalam suka cita menyambut bulan suci Ramadan.
Kegiatan yang digagas oleh Pusat Konservasi Seni Budaya Wahana Satia Sunda (WSS) Sumedang ini kerap dilaksanakan setiap tahunnya. Dan untuk tahun ini (2024) merupakan Tradisi Gembrong Liwet yang ke-10, akan dilaksanakan pada hari Minggu, 3 Maret 2024 mulai pukul 08.00-selesai. Pada acara tersebut akan dihadiri dari jajaran Pemerintah Kabupaten Sumedang, tokoh Jawa Barat H. Umuh Muchtar, tokoh masyarakat sekitar serta undangan lainnya.
Hal Tersebut disampaikan Wawan Aldo Supriatna, S.Sn., Ketua Pelaksana/Pupuhu WSS Sumedang saat dihubungi redaksi melalui telepon selulernya pada Sabtu, 2/3/2024.
Menurut Wawan sapaan akrab Wawan Aldo Supriatna, untuk pelaksanaan tahun ini, ada sedikit berbeda yaitu dari segi tempat kegiatan, biasanya dilaksanakan di Lapangan Sepak Bola Desa Citali, bergeser menggunakan area halaman kantor Desa Citali. Begitu pula untuk persiapannya hanya 4 hari, karena masyarakat saat itu fokus pada persiapan pesta demokrasi, Pemilu 2024, namun demikian tak menyurutkan semangat bagi masyarakat untuk tetap melaksakan tradisi yang sudah turun temurun, katanya menambahkan.
Lebih jauh Wawan mengatakan, walau pun dengan konsep yang minimalis, semoga saja esensi dari tradisi Gembrong Liwet ini tetap tercapai dan tetap dirasakan keakrabannya oleh semua yang mengikutinya.
Keunikan lain dalam tradisi ini selain menanak nasi liwet dan makan bersama secara masal, di awal acara pembukaan, adanya upacara ceremonial “Turun Kastrol” yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat, jelas Wawan.
Turun Kastrol adalah menyerahkan Kastrol kabuyutan dari Pupuhu (biasanya oleh Ketua Pelaksana), kata Wawan
Wawan berharap tradisi Gembrong Liwet ini terus mendapat perhatian lebih, baik dari pemerintah maupun masyarakat sekitar, agar tradisi ini terus tetap lestari dan menjadi sebuah media silaturahmi dan memperkuat gotong royong juga menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan antar sesama, pungkasnya. (HRS/dtn)